MEWAKILI PERASAANMU karena CINTA

Selasa, 28 Februari 2012
1001 lagu patah hati malam ini menemaniku. Malaikat-malaikat menyanyikannya dengan suka rela. Aku tahu Tuhan pasti kirim jawabannya. Waktu selalu tahu detik terbaik untuk mengantar jawabannya, meski aku merasa belum siap. Meski kadang terdengar menyakitkan dan terburu-buru. Bahagia yang sangat singkat, entah kau rasakan juga atau tidak. Harusnya saat pertama aku memutuskan jatuh hati padamu saat itu juga aku siapkan ribuan karung kosong utk menampung patah hatiku. Jatuh cinta dan patah hati selalu berjodoh. Pertemuan dan perpisahan pun tak pernah bermusuhan. Teriris saat harus mengikhlaskan rasa ini dibawa angin begitu saja. Hanyut bersama hujan enam hari berturut-turut. Tapi aku lega setidaknya aku sudah bisa memerintah hatiku untuk behenti ‘menunggu buah bungur’. Kau tahu legenda buah Bungur kan, aku pernah cerita. Ah, kau mana ingat!
Selesai sudah, aku siap2 berkemas, kubungkus semua harapan dan mimpi bersamamu yang masih berceceran di beberapa sudut. Tapi aku lega, telah berhenti menerka-nerka rasa fiksi yang kau selipkan, bukan yang kau hujam kepadaku secara beruntun dan tiba-tiba. Bukan salahmu, aku yang jatuh hati dengan cerpenis sepertimu. Tulisan ceritanya tak pernah lebih dari 8 halaman A4. Apa lagi kau kerap menulis ending yang tidak bahagia. Spesialis patah hati. Jika aku hanya fiksi-mu, ku beritahu rasaku bukan fiksi untukmu sampai dua detik lalu, tadi, sampai detik ini pun kau bukan fiksi-ku. tapi sudahlah, kita jalani saja, biar Tuhan yang berencana. Dia penulis dan sutradara terbaik, kita percayakan saja padanya. Kalau ditakdirkan kita pasti bertemu mungkin di waktu yang lebih tepat, entahlah.. Aku masih berharap diam2. Padahal aku hanya boleh mencintaimu tanpa berharap sekarang. 
Cinta saja tidak cukup untuk tetap membuat hubungan wangi sampai senja terakhir. Atau mungkin sejak awal aku hanya pagi yang kau harapkan menjadi senja yang kau cintai. Tapi aku hanya pagi yang akhirnya tak terlalu kau pikirkan lagi.
Malam itu sudah kukumpulkan semua potongan hati untuk siap melepasmu, seperti permintaanmu berapa puluh jam lalu. Tapi setiap aku berjalan mundur melawan arah langkahmu kau tarik ujung kelingkingku, menggengamnya lagi. Saat aku sedang siap-siap merapihkan mimpi yang tercecer karena kata-kata yang kau lupakan—yang kupikir sebuah janji-janji)–kau menarikku, mendekat dan berbisik ‘aku masih sayang padamu’. Dan saat kutanyakan ulang ‘kau mau aku tetap bertahan bersamamu? Katakan sekali lagi kalau kau masih mencintaiku, sekali lagi.’ tapi kau malah diam sampai siang ini.
Datanglah padaku jika kau butuh sesuatu untuk dicintai..
Terimakasih aku bahagia berapa hari kemarin..Maaf aku menahan-nahanmu dua hari lalu padahal aku tahu kau sudah tidak betah, kau sudah dingin, dan ingin cepat-cepat pergi. Aku pura2 tidak tahu, aku ingin kau masih di sini kemarin, hari juga..Dear Kado Musim Hujan (harusnya aku menamaimu Kado Musim Cinta agar tidak berhenti hanya di musim hujan. Karena nama adalah doa, katanya) terlepas kau membaca ini atau tidak. Aku sudah tidak punya ruang berharap lagi. Hanya satu, keretamu tetap datang menemuiku, menjelaskan sesuatu. Entah kapan, entah terlambat berapa puluh jam lagi, entah dengan selembar puisi atau tidak, entah entah entah…Aku masih mencintaimu… Mencintaimu sampai rinduku habis…
Aku Resmi Patah Hati.
Siapa yang mau mengutuhkannya lagi?
Kau atau Waktu?
Mungkin sesuatu yang lain.
Entah…
Tidak ada pesan hari ini?
Tidak ada cinta hari ini?

0 komentar:

Posting Komentar