TENTANG CINTA part2

Jumat, 20 April 2012

Seseorang bilang, "Ketika cinta tengah menyapamu, maka tidak ada hal lain yang dapat engkau pikirkan selain cinta itu sendiri." Semuanya tampak indah, atau mewujud kepedihan nan tiada tara manakala ia meninggalkanmu. Demikian itu cinta. Tema yang tak akan pernah habis dibicarakan, kendati seribu pena kembali menuliskannya secara serentak. Kedatangannya begitu mengejutkan, pun kepergiannya. Tak jarang sesorang gagal menanggulangi dirinya sesaat setelah cinta meninggalkannya. Dapat pula seketika memiliki keberanian di luar kebiasaannya, sesaat setelah ia datang menyentuhnya. Siapapun dia, laki-laki maupun perempuan, jejaka maupun dara, akan cenderung asyik dengan dirinya sendiri lantaran cinta yang datang memain-mainkan benaknya. Satu gelagat asing pun seperti menghentak-hentakkan dadanya. Lirih ia bergumam. Lembut ia bersenandung. Senyum tipis terkembang di bibir.Bayangkan, apa gerangan yang akan dikerjakan seseorang dalam keadaan demikian? Sesuatu selain cinta seperti tersingkir dari ceruk hatinya. Ceria membangun wajahnya, meski gelapnya malam hadir di sampingnya. Ia merasa seperti berkawan dengan banyak orang, meski tak seorang pun bersamanya. Ia akan memilih menjauh dari hiruk pikuk cengkerama anak manusia, lantaran cinta tengah bicara dengannya.Kepada siapakah rekahan senyum dalam kesendirian dialamatkan, jika bukan kepada ia yang tengah mengelus lembut batinnya? Kepada siapa lagi, jika bukan kepada ia yang telah melepas panah asmara dari busurnya; Kepada ia yang telaga matanya telah menawarkan hasrat keindahan; Kepada ia yang telah memintanya untuk tak berpaling ke orang-orang, bahkan kepada dirinya sendiri. Rasionalkah hal-hal yang seperti ini? 



Ah, rasionalitas seringkali tertutup rapat, bagi ia yang tengah berada dalam pelukan cinta. Kelu lidah dibuatnya. Gemuruh rasa tersimpan dalam relung jantungnya. Kekhawatiran akan cinta yang tak bersambut, begitu menggejala dalam aliran darahnya. Maka, mari kita simak bagaimanakah keadaan dan kecanggungan menguasai benak seseorang yang tengah dalam kasmaran? Angan, harap, indah, takut, bercampur aduk jadi satu.Aduhai cinta, rasa asmara itu perlu segerakan bersambut. Ia lebih memabukkan ketimbang minuman apapun yang memabukkan. Mega-mega di bebentangan langit itu adalah ia yang tengah menyapa. Bebintangan di malam gelap itu adalah ia yang tengah mengerdipkannya -lalu seperti sirnalah dahaga mata. Angin yang lagi menyusup masuk pun adalah seperti ia yang lembut jari-jemarinya tengah mengusap. Gerak dedaunan apalagi! Adalah seumpama ia yang tengah berkata-kata tentang keindahan, kebersamaan, dan damai sepanjang masa. Tetapi, apakah ia benar datang untukmu? Bilakah itu hanya sebuah angan semata, dan kedatangannya bisa jadi bukan buatmu? Maka, sapalah ia! Barangkali saja ia telah ingin memilihmu. Segeralah engkau beranjak dari diam. Tumpahkan seluruh perasaan beningmu kepadanya. Gelorakan panas nafasmu bersamanya. Namun, jangan turuti bisikan yang datang dari manusia kecilmu, dari kerendahan dirimu sendiri. Jadikan saja ia sebuah kewajaran, meski energi potensialnya dapat meledakkanmu sewaktu-waktu.Bersiap-siap pulalah untuk menerima kedatangannya, kawan! Biarkan orang-orang berkata apa saja tentang takdir, toh kepada siapa ia dibawakan untukmu adalah kewenangan-Nya. Yang mungkin bisa kita lakukan, hanyalah menjernihkan penerimaan serta harapan, bahwa pandangan matanya memang diperuntukkan buat kita. Jangan cuma memimpikannya, sebab yang demikian dapat menjadikan keindahannya lepas dari genggaman. Kepada Tuhan kita meminta: Temurunlah takdir cinta itu dari langit, lalu biarkan ia mengisi ruang benak kita! 

0 komentar:

Posting Komentar